Sabtu, 25 Desember 2010

episode pertama


Perjalananku.


“Alam ini adalah restoran yang akan menyajikan apa yang engkau pesan” (The secret).

Maka temans, pesan lah sesuatu yang engkau sukai. Alam semesta ini menyerap energi yang kita pancarrkan dan suatu saat akan mengembalikan energi itu ke kita. Karna energi tidak pernah hilang, dia hanya berubah bentuk. Aku percaya sekali dengan itu. Maka bayangkanlah hal yang indah-indah yang akan terjadi padamu. Mungkin suatu saat hal itu akan benar terjadi. Kita tidak pernah tau kapan, pasti akan terjadi.

Dalam kasusku teman.. aku tidak akan pernah menyangka akan melihat salju yang dikatakan orang memang beraneka ragam bentuknya, Ada yang kecil dan ada yang besar. Ada lempengan salju ( maaf kalau aku menyebut salju dengan bentuk lempengen yang di protes teman-teman lewat FaceBOok dan membenarkannya dengan kata butiran. Aku tidak bisa lagi menyebut salju dengan kata butiran, karena aku tidak melihat salju berupa butiran, tapi salju yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri ditanganku yang terbungkus sarung tangan hitam adalah berupa lempengan-lempengan yang cantik. Teman boleh mencek KUBI untuk menyebutkan benda yang aku lampirkan gambarnya dibawah. Aku bersikeras untuk menyebutnya lempengan. Maaf..) Jadi teman, lempengan salju yang aku lihat itu, benar-benar indah dan cantik. Mereka berupa lempengen-lempengan tipis kristal yang beraneka bentuk. Ada yang besar dengan pola segilima dan segi enam dengan julur-julur diantaranya dengan variasi yang unik, ada juga yang kecil dengan design s

ederhana dan tombak-tombak yang mengitari sebuah lingakaren kecil. Mungin teman bisa menggambarkan dengan lebih detail lagi.

Aku benar-benar seperti anak kecil yang segera berlari keluar di pagi Sabtu, dari kamarku dilantai delapan ketika hampir semua penghuni University Plaza masih tidur, setelah pesta Jumat malam sebelumnya. Aku segera mengenakan jaketku, sarung tangan, begitu aku terbangun dan dengan setengah gontai menyibak tirai jendela kacaku yang lebar dan melihat bahwa diluar sana salju turun perlahan-lahan dan menutupi mobil, jalan, dahan pohon persis seperti donat yang dibedakan gula.


Aku dengan langkah terburu-buru memencet tombol lift dan menunggu lift terbuka dengan harapan semoga saljunya belum berhenti. Sebenarnya konyol juga, karena itu adalah mungkin adalah hari pertama salju yang kata teman-teman yang lain selama tiga bulan kedepan, kamu mungkin akan bosan karena tipa harinya kamu hanya melihat salju. Aku tidak terlalu pikirkan masukamn dari salah satu temanku itu, waktu itu aku hanya takut saljunya akan berhenti turun dan aku tidak bisa melihat salju dnegan mata kepalaku sendiri. Perjalanan lift dari lantai delapan emang selalu terasa lama, tapi pagi itu aku merasa bahnwa lift nya bergerak lebih lama. Diantara sabar dan ngeri dinginya diluar, pintu lift otomatis terbuka dan aku bisa melihat dari kaca lobi bahwa semuanya sudah hampir memutih. Aku tentu saja tidak lupa membawa kameraku, teman. Dan akhirnya aku diluar, dan merasa bahawa ternyata hawanya tidak sedingin hari-hari biasanya ketika salju masih enggan turun. Pelajaran pertama adalah bahwa dinginnya angin ternyata lebih kejam dari dinginya salju. Apakah emang begitu, teman boleh bilang tidak ( bagi yang sudah merasakan, bagi yang belum pesanlah sekarang supaya teman bisa melihat salju)


Dan terbayar tunai. It is beautiful, kalau orang sini bilang. Kalau teman melihat tingkah konyol anak kecil yang main air di kali atau pinngir pantai, kurnang lebih itulah yang ku lakukan. Menendang-nendang salju, menginjak salju yang datar, menggoyang-goyangkan daun di pohon pinus,semuanya..dan mengadah kelangit dan menyipit melihat salju... aku ingat teman, kalau aku pernah pesan itu, “ooo salju itu seperti apa ya??? aku mau main salju, itu aku pesan waktu aku SD barangkali, karena aku kebanyakan nonton film-film yang ada saljunya. So, tunggu apa?? pesan sekarang