Jumat, 07 November 2008

28 0ktober

Jakarta, 28 0ktober 2008

Apa yang ada di kepala Megawati yang membuatnya berani mencalonkan diri kembali untuk posisi eksekutif di republic ini? Blunder politik yang dilakukan Gus Dur pada 2 tahun awal kepimimpinnya telah membuatnya dimakzulkan rakyat. Blunder ini mengantarkan Megawati SOEKARNO PUTRI (Putri Soekarno) ke posisi pemimpin tertinggi Militer Indonesia, pemegang kedaulatan keuangan negara, pemimpin negara, dan pemimpin pemerintahan. Kekuatan yang sangat luas yang bisa dimiliki seseorang di muka bumi ini. Untuk bisa berperan dengan baik dengan kekuatan sebesar itu, maka seyogyanya individu tersebut seharusnya adalah individu yang benar-benar lulus fit dan proper test dari university of life. Leadership yang telah teruji dan konsistensi serta komitmen yang telah terbukti adalah kualitas yang seharusnya dimiliki seorang eksekutif tertinggi di negara ini. Sehubungan dengan kualitas tersebut, maka sosok Megawati sepertinya harus bekerja lebih keras lagi dalam membuktikan dirinya, bahwa ia memang pantas untuk dicoblos tahun depan. Jika ditelusuri proses pembelajaran Megawati, maka kualitasnya bisa di angkai rendah. Megawati tidak menyelesaikan pendidikan formal S1 nya. Artinya, secara akademis, Megawati terbukti tidak mampu memaksimalkan kemampuan intelektualnya. Kesimpulan ini sah saja, karna untuk berhak mendapat gelar sarjana- yang berarti individu terpilih cerdas yang bisa diandalkan, pemimpin, - mahasiswa tersebut harus mampu menyusun karya ilmiah yang memperlihatkan ketajaman daya pikirnya dalam mengenali, mengkaji, dan merumuskan masalah, selanjutnya mencarikan solusinya. Proses ini membutuhkan pola pikir dan kemampuan komunikasi yang sistematis. Jelas, Megawati tidak mempunyai kualitas ini.

Selanjutnya, memang kampus bukan satu-satunya tempat mencetak calon-calon pemimpin, karna masih ada universitas lain yang lebih kredibel, yaitu kampus kehidupan. Masyarakat sekitar, kesulitan hidup, pelayanan sosial adalah tantangan yang harus dilewati seorang calon pemimpin untuk bisa membuktikan eksistensi dirinya sebagai manusia yang berkualitas. Individu yang mampu membuat keputusan yang tepat dalam pilihan yang terbatas dan dibawah tekanan kuat. Situasi-situasi konkret seperti ini dapat melatih seseorang menjadi individu yang mampu berpikir cepat dan mandiri dan tidak takut menanggung resiko. Dan apakah Megawati memiliki kualitas ini? Perlu dirunut ulang. Perlu dilacak dalam situasi seperti apa Megawati dibesarkan. Istana negara yang lengkap dengan fasilitas, Ayah yang terkenal, Ibu yang ningrat. Pesta-pesta dansa, guru privat piano. Masa remaja tidak terlalu aktif dalam organisasi pemuda, tidak aktif dalam pelayan sosial. Jadi bagaimana mungkin Megawati terekspose dengan university of life.

Ketidakmampuanya ini segera terbukti selama masa incumbentnya. Retorika yang tidak terlatih membuat Megawati terus-terusan di interupsi mahasiswa Aceh ketika dialog pemerintah dengan masyarakat Aceh di mesjid Baitul Rahman. Pribadi yang tidak matang membuat Megawati tidak bijak menghadapi kritkan yang ditujukan padanya. Malahan Presiden presendent ini cendrung menjadi ofensif. Media masa menjadi masalah karna buruknya kemampuan komunikasi Megawati. Anchor senior adalah momok bagi Mega. Kebijakan politik pemerintah selama masa kekuasaan Soekarno Putri cendrung merugikan republik ini. Kebijakanya membuka keran penjualan pasir laut Indonesia ke Singapura menciptakan banyak bencana. Kerusakan lingkungan dan habitat laut adalah hal yang terbantahkan. Bertambahnya garis pantai Singapura dari hasil penimbunan pasir dari Indonesia mengakibatkan sengketa perbatasan antara Indonesia dan Singapura. Dan ada kemungkinan yang lebih parah di masa yang akan datang. Korupsi adalah imbas lain dari transaksi besar ini. Beberapa pihak diuntungkan dengan adanya kesepakatan ini. Akan tetapi dilain pihak, rakyat Indonesia jelas-jelas dirugikan. Padahal tidak seharusnya begitu, jika saja Megawati adalah individu yang lulus fit dan proper test. Sepertinya Mega tidak insyaf akan kepentingan bangsanya sendiri.

Sudah jelas bahwa figur ini tidak layak, akan tetapi system memungkinkan Indonesia tercatat pernah dipimpin oleh figure yang tidak memiliki kapabilitas apapun. System demokrasi tak langsung membuat rakyat seperti membeli kucing dalam karung. Mempercayakan begitu saja estafet sejarah bangsa pada sekelompok orang yang tidak terbukti memiliki integritas untuk negara ini. System ini membuat bangsa Indonesia harus rela dipimpin oleh orang-orang yang tidak berkualitas.

Hebatnya, empat tahun yang lalu bangsa ini belajar mempraktekan demokrasi langsung. Tidak lagi membeli kucing dalan karung. Rakyat berhak menentukan siapa yang berhak memimpin. Akan tetapi ternyata, bangsa ini pun dalam hal ini belum siap. Pendidikan yang masih rendah memungkin rakyat menjadi objek politik. Money politik mengotori konsep demokrasi langsung yang ideal. Figure yang memiliki pendanaan yang stabil mempunyai peluang yang lebih baik dari kandidat yang miskin. Dalam hal ini, Megawati sepertinya memenuhi criteria kandiat mampu. Mampu secara pendanaan. Partai yang mengusung Megawati adalah partai yang didukung orang-orang yang memiliki mesin uang. Kader partai yang banyak menjabat di posisi krusial di republic ini memungkinkan mereka untuk harus mendanai jalan Megawati ke Istana negara lagi. Tidak mengherankan kalau pernah satu masa di republic ini beberapa sembako menjadi barang langka. Dan tiba-tiba pihak berwajib menemukan penumpukan sembako di gudang-gudang pengusaha ataupun badan negara. Apakah ini cara untuk mendanai suara? Menumpuk barang dan menjualnya dengan harga tinggi? Rahasia public.

Factor lain yang membuat Megawati bergaung di panggung politik Indonesia. Megawati memiliki mesin politik hebat, manager Agung yang mampu mengumpulkan masa untuknya. Soekarno. Megawati benar-benar maksimal memanfaatkan foto-foto koleksi pribadinya sehubungan dengan Soekarno. Sosok Soekarno yang masih memancarkan kekuatan magis bagi pemujanya berdiri dengan karismatik dibelakang foto Megawati di baliho-baliho raksasa di sejumlah lokasi strategis. Secara budaya dan historis, masyarakat Jawa pada umumnya, masih menyimpan sebentuk kesetiaan kepada Bapak pendiri bangsa ini. Jadi, tidak terlalu aneh, walaupun dengan hati berdarah dan menangis mereka masih akan mencoblos Megawati sebagai bentuk kesetiaan lain pada Soekarno. Tidak heran Megawati bisa sampai pada posisi runner up pada pesta demokrasi langsung yang lalu? Apakah sejarah akan terulang pada pemilu tahun depan?

Apakah juga karna sosok Soekarno, maka para cendikia yang ada di belakang Megawati setia berada di belakang Megawati? Bisa jadi. Atau karna ada factor lain. Karna bukan bukan rahasia lagi rendah nya integritas dan moril sebagian besar kader partai ini. Atau mereka memang diuntungkan dengan berkuasanya Megawati. Semacam simbiosis mutualisme? Bisa jadi, sehingga mereka menggolkan Megawati dalam konvensi partai sebagai capres tunggal partai ini. Hampir tidak ada oponen, seperti halnya partai besar beringin. Apakah ini bentuk demokrasi indah-satu suara- yang di usung oleh Partai Demokrasi ini? Maka seharusnya Golkar harus belajar menghemat dana dan tenaga dari partai ini, dalam inefesiensi memperpanjang lobi internal. Apakah para teknokrat yang cerdas yang dimilki partai ini, tidak memiliki ambisi mencapai posisi puncak? Ataukah sebenarnya mereka punya, akan tetapi system internal mengkebiri hak dan kesempatan mereka untuk go public?

Yang jelas, kader partai yang berada dalam cirle terdalam Megawati, Taufik Kemas, telah memperlihatkan ambisinya, dengan ikut campur dalam kebijakan kenegaraan yang berakhir menjadi sebuah blunder dan mengantarkan Susilo BAmbang Yudhoyono sebagai pemenang pemilu 2004. Sejarah berulang. Tentunya kita berharap Megawati sadar akan hukum alam ini. Sadar bahwa dia tidak berkualitas untuk maju, sadar bahwa dia pernah membuat kesalahan selama incumbent, sadar bahwa seharusnya dia memberi kesempatan pada yang lebih pantas untuk maju, sehingga dengan arif Megawati tidak akan mendeklarasikan diri sebagai capres, seperti yang telah dilakukan Sri Sultan Hamengkubowono siang ini, Selasa, 28 Oktober 2008. Semoga saja.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

eehhhmmmm.......
nampak nya miss yang satu ini
pemerhati bangsa juga yah

hehehheehhee

Unknown mengatakan...

sukses yah bu